Kakek tua, Pemuda dan Pohon Besar

Saya ingin menceritakan sebuah kisah yang dimuat dalam kitab Ihya Ulumudin karya Al Ghazali.

Alkisah ada seorang pemuda Budiman yang suatu saat mendengar bahwa beberapa orang di desanya menyembah sebuah pohon tua. Pemuda itu kemudian pergi menasehati orang-orang itu. “Menyembah pohon itu berarti perbuatan syirik”, katanya, “yang patut disembah hanya Allah, Tuhan pencipta alam semesta”.

Namun orang-orang ternyata tetap saja menyembah pohon tua itu hingga pada akhirnya pemuda itu menjadi geram. Diambilnya sebuah kapak, kemudian dia pergi menuju pohon tua itu. Dalam perjalanan, pemuda itu bertemu dengan seorang kakek tua. Kakek itu bertanya, “Mau kemana anak muda?”.



“Aku mau pergi untuk menumbangkan pohon tua yang jadi sesembahan orang-orang di desa ini”, jawab pemuda tadi.

Kalau begitu engkau tidak boleh lewat” kata kakek tua itu.

Apa maksudmu? Tanya si pemuda.

Aku tidak akan membiarkanmu menebang pohon itu. Kalau engkau memaksa, engkau harus melewati aku dulu”, jawab si kakek.

Akhirnya terjadi perkelahian antara si pemuda dan si kakek. Si pemuda dengan mudah dapat mengalahkan kakek itu. Namun kemudian kakek itu membuat penawaran. “Jika engkau membatalkan niatmu untuk menebang pohon itu, engkau akan menemukan dua keping emas setiap harinya di bawah tempat tidurmu”.

Kakek tua itu melanjutkan, “Dengan emas itu, engkau bisa memberi nafkah untuk keluargamu tanpa kamu harus bekerja. Dengan begitu engkau akan punya waktu lebih banyak untuk menyembah Tuhanmu. Selain itu, sisa emasnya dapat engkau gunakan untuk membantu orang-orang yang ada di sekitarmu”.

Pemuda itu berpikir sejenak dan akhirnya menerima penawaran itu. Setelah memastikan kakek tua itu akan memenuhi janjinya, pemuda itu kembali pulang.

Keesokan harinya, pemuda itu benar-benar menemukan dua keping emas di bawah tempat tidurnya. Demikian juga pada hari-hari berikutnya.

Pemuda itu kemudian menggunakan emas itu untuk menafkahi keluarganya dan menolong orang-orang yang tidak mampu. Kini dia punya banyak waktu untuk beribadah. Sampai suatu keitka, dia tidak menemukan dua keping emas tadi. Dengan perasaan marah, pemuda itu mengambil kapaknya dan berjalan menuju pohon tua. “Tidak ada emas, tidak ada pohon” ucapnya dalam hati.

Dalam perjalanan dia bertemu kembali dengan kakek tua itu. Si pemuda menuntut emasnya. Kakek tua itu menolak dan melarangnya lewat. Perkelahian terjadi lagi, namun kali ini si pemuda kalah. Tubuhnya tersungkur di bawah si kakek tua. Pemuda itu bertanya, kenapa sekarang engkau sangat kuat? Bukankah engkau dulu aku kalahkan dengan mudah?

Kakek itu menjawab, “Dulu kau lawan aku karena engkau memperjuangkan keyakinanmu, sekarang engkau lawan aku hanya karena dua keping emas.”

Begitulah kekuatan keikhlasan, Jika anda arahkan perjuangan hidup Anda pada pencapaian suatu tujuan mulia, segala sesuatunya menjadi mungkin.


0 comments:

Post a Comment