Mari Tertawa

Mari tertawa untuk kebangkitan Indonesia

Ketika rezim komunis yang otoriter masih berkuasa di sebuah negara besar

bernama Uni soviet, salah satu cara yang dilakukan masyarakatnya untuk tetap bertahan adalah

dengan menghasilkan berbagai humor. Srbuah buku berjudul "Mati Ketawa cara Rusia" yang pernah

amat populer di sini adalah bukti selera humor orang rusia yang tinggi seketika itu.

Humor yang intinya ingin membuat orang lain dan diri sendiri tertawa, sesungguhnya

sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia saat ini.

Banyak diantara pemimpin kita, baik dalam politik

maupun organisasi kemasyarakatan, memiliki wajah yang terlalu serious. Bagaimana bisa menghasilkan

keputusan - keputusan brilian yang menguntungkan rakyat atau konstituennya dengan mimik

wajah yang demikian? Di tingkat grassroot pun demikian semuanya terlalu serius dan mudah saling

curiga. Masyarkat kita yang begitu beragam latar belakang etnik dan agamanya, begitu mudah

terpicu dan bertikai. Bagaimana bisa mendapatkan rahmat Tuhan dengan sikap demikian-jangan - jangan berkah Tuhan pun mereka "curigai"

Sekali lagi kita butuh tertawa untuk mendinginkan suasana. Semakin dewasa sesungguhnya kita semakin butuh

tertawa. Ironisnya menurut pakar tertawa dari universitas Berlin, Professor Gunther Sickl, orang dewasa semakin lama semakin sedikit tertawa. Secara umum, anak - anak

kecil tertawa 400 kali dalam sehari ,sementara orang dewasa hanya tertawa 15 kali. Cara hidup kita yang terbebani stress, ditambah dengan norma - norma tradisionalyang digunakan secara berlebihan untuk mencegah orang dewasa untuk tertawa

secara lepas di depan umum, mkain memperparah keadaan ini. Coba bayangkan, orang - orang militan dari berbagai agama dan budaya sering - sering tertawa,

mungkin saja mereka akan melepaskan senjata. Fakta bahwa banyak keputusan penting para eksekutif yang dihasilkandari lapangan golf, membuktikan bahwa situasi santai adalah

prasyarat penting utnuk berpikir dan bertindak tepat dan tertawa, akan menciptakan suasana semacam itu.

0 comments:

Post a Comment