Agama Islam Nusantara dibawa oleh wirausahawan Arab

Kenapa Prof. Dr. C.Snouck Hurgronje menulis bahwa agama Islam di Indonesia berasal dari Gujarat India? Kalau ditilik dari realitas fakta dari nama-nama yang menggunakan Bahasa Arab, dapat memandu bagi yang mempertanyakan dari mana datangnya agama Islam yang masuk ke Nusantara. Jika memang benar agama Islam dibawa oleh pedagang-pedagang Gujarat India tentunya banyak hunian atau tempat untuk pedagang Gujarat.
Namun di Indonesia banyak dikenal nama-nama seperti Serambi Mekah, Maluku yang menurut Buku API Sejarah jilid 1, Jazirah Maluku disebut demikian karena berasal dari Jazirah Al-Muluk. Di Jazirah atau wilayah yang dikelilingi laut tersebut, dikuasai oleh para Raja atau Al-Muluk. Pulau Sumatra disebut pula dengan Andalusia, artinya memiliki keindahan dan kesuburan, sama dengan Spanyol karena itu disebut sebagai Andalusia oleh Mu’awiyah. Danau Toba berasal dari Thayyiba artinya indah dalam Bahasa Arab.

Dengan banyaknya nama wilayah berbahasa Arab dan banyaknya daerah hunian wirausahawan Islam dari Banda Aceh hingga Pulau Banda sebagai bukti bahwa Nusantara Indonesia memiliki kontak dagang dengan negara-negara Arab. Bukan hanya kontak dagang dengan India dan Cina yang ditulis menulis sejarawan asal Belanda, ditulis di atas Geladak Kapal VOC Belanda, Neerlando Sentrisme (baca Drs. R. Moh. Ali, Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Bandung, menyatakan Neerlando Sentrisme, system penulisan Sejarah Indonesia dari geladak kapal VOC oleh Belanda yang tidak memahami tentang Indonesia yang sebenarnya).

Masih banyak kekeliruan atau sengaja dibuat keliru olehnya tentang perkembangan Agama Islam yang ada di Nusantara Indonesia. Seperti waktu masuknya agama Islam di Indonesia disebutkan olehnya pada 13 M. Namun menurut data sejarah hubungan niaga Timur Tengah, India dan Cina serta Nusantara Indonesia tetap berlangsung walaupun Rasulullah Salallahu Alihi Wasallam telah wafat, 11 H/632 M, dilanjutkan antara Khulafaur Rasyidin, 11-41 H/ 632-661 M. Seperti yang disejarahkan pada masa khalifah ketiga, Utsman bin Affan, 24-36 H/644-656M mengirim utusan niaga ke Cina. Kesempatan ini dimanfaatkan untuk mengadakan kontak dagang dengan wirausahawan di Nusantara Indonesia. Keterangan sejarahnya terdapat dalam buku Nukhbat ad-Dahr ditulis oleh Syaikh Syamsuddin Abu Ubaidillah Muhammad bin Thalib ad-Dimsyaqi yang terkenal dengan nama Syaikh Ar-Rabwah.

Dari sumber lain, J.C Van Leur dalam Indonesian Trade and Society dengan mendasarkan sumber berita Cina dari Dinasti Tang, 618 – 907 M menyatakan bahwa pada 674 M di pantai barat Sumatra telah terdapat settlement (hunian bangsa Arab Islam) yang menetap di sana. Atau dari Thomas W. Arnold dalam The Preaching of Islam juga menuliskan dari sumber yang sama Dinasti Tang, adanya wirausahawan Arab yang menetap di pantai barat Sumatra pada 618 – 907 M. atau pada angka tahun seorang ulama, Syaikh Mukaiddin di Baros, Tapanuli, yang bertuliskan 48 Hijriyah atau 670 Masehi maka dapat dipastikan agama Islam masuk ke Nusantara Indonesia terjadi pada abad ke-7 Masehi atau pada abad ke-1 Hijriyah.

Dari data-data sejarah di atas dapat disimpulkan bahwa Agama Islam dibawa langsung dari Bangsa Arab pada abad ke-7 M / 1 Hijriyah.
Kemudian kenapa mesti Prof. Dr. C.Snouck Hurgronje harus berbohong ? silahkan ditulis di komentar post ini.

0 comments:

Post a Comment