Pemuda Luar Biasa
Dalam jangka waktu dua tahun, 30 orang anak ada dalam binaanya. Dan, tak sekalipun dia mengambil keuntungan. Semua keuntungan dia gunakan untuk menolong anak-anak dalam hal pendidikan. Tak hanya itu, dia juga meluangkan waktunya setiap saat mendengarkan keluhan mereka, memberikan saran, dan tak hanya kepada anak-anak, tapi juga pada keluarganya.
Selain itu, dia memndirikan beberapa usaha yang banyak menyerap tenaga kerja seperti anyaman, pembuatan sepatu, percetakan, dan juga pembuatan kue. Prinsipnya adalah bukan hasil produksi atau besarnya modal yang membuat sebuah usaha berkembang, tapi doa dari banyak orang yang bergantung pada usaha itulah yang membuat sebuah usaha terus bertumbuh. Kini banyak di antara anak-anak yang tadinya miskin sudah bisa hidup layak. Para penganggur yang tadinya luntang-lantung tak punya pekerjaan kini hidup dengan harga diri.
Pada usianya yang ke-26, dia telah menjadi tumpuan hidup banyak orang. Tetapi pada usia 26 tahun pula Tuhan memanggilnya. Dalam hidupnya yang singkat, dia telah menjalankan tugasnya sebagai gardu epos. Dalam hati orang-orang yang telah dia sentuh kehidupannya, namanya akan selalu hidup, sementara epos yang ia berikan masih terus dirasakan hingga saat ini.
Dibalik sukes Grammen Bank
Keesokan harinya, Yunus meminta para muridnya untuk menghitung berapa orang yang ada di desa itu yang memiliki pekerjaan seperti ibu tadi. Ternyata ada 42 orang. Setelah dihitung, ternyata hanya membutuhkan 27 Dolar untuk membantu 42 Orang pekerja. Yunus mengeluarkan uang dari sakunya, memberikannya kepada muridnya dan berkata, “Berikan ini pada 42 orang pekerja yang kamu temui, berikan masing-masing 20 sen. Katakan ini adalah pinjaman, dan mereka boleh membayarnya kapan pun mereka mau.”
Tak lama setelah itu, masing-masing dari 42 orang tersebut mengembalikan pinjamannya dan menyampaikan rasa terima kasih yang luar biasa. Saat itu muncul ide dalam benak Yunus untuk membantu lebih banyak orang dengan cara meminta bank memberikan pinjaman untuk orang-orang tersebut. Tapi pihak bank menolak dengan alasan jumlah itu terlalu kecil dan pastinya mereka tidak akan membayar. Yunus akhirnya mengajukan pinjaman atas nama pribadi dan memberikan jaminan. Uang pinjaman inilah yang nantinya akan dia gunakan untuk membantu para pekerja perkakas. Pihak bank akhirnya menyetujui sambil memberi peringatan kepada Yunus, “mereka tidak akan membayar”. Saya akan mengambil resiko itu,” jawab Yunus.
Ternyata semua orang yang diberi pinjaman membayar kembali. Yunus kemudian mengajukan pinjaman lebih banyak lagi untuk dapat membantu para pekerja. Yunus mulai dari satu desa, kemudian berkembang menjadi sepuluh, kemudian lima puluh, hingga seratus desa. Yunus kemudian mulai berpikir, “Kenapa saya tidak membuat bank sendiri saja?” Dua tahun setelah itu, izin dari pemerintah turun. Pada tanggal 2 Agustus 1983, Grameen Bank secara resmi berdiri. Saat ini, Grameen Bank telah bekerja di 46.000 desa, memiliki 1,267 cabang dengan 12,000 pekerja. Memberikan pinjaman dengan total US$ 4.5 miliar dengan pinjaman per orang berkisar antara $12-$15. Grameen Bank juga meminjamkan uang kepada pengemis agar mereka punya modal untuk berjualan. Muhammad Yunus telah mengangkat martabat jutaan orang dan memberikan kesempatan pada mereka untuk menjalani hidup yang lebih baik.
Kasih Sayang Seorang Ibu Kepada Anaknya
Dalam waktu dekat, ia pun memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Gajinya cukup tinggi, ditambah dengan fasilitas yang cukup baik. betapa bahagianya sang IBU!
Namun masa bahagia itu tak berlangsung lama. Si anak jatuh cinta dengan seorang wanita tuna-susila, yang sebenarnya hanya menginginkan uangya. Berulangkali sang IBU menasehati anaknya Namun si anak, yang sekarang sudah menganggap dirinya "DEWASA", malah berang:"Ibu--jangan mengurusi hidupku.
Aku tidak bisa hidup tanpa dia. Apakah ibu tidak ingin melihat aku bahagia?"
Sang IBU diam. Tetapi sampai kapan? Namanya juga seorang IBU, pada suatu hari ia mendatangi wanita tuna-susila itu.
Eh, malah dicacimaki dan diancam: "Kalau mau larang -- ya larang anakmu. Suruh dia jangan ke sini. Tunggu saja lihat nanti
apa yang akan saya lakukan!"
Putus asa sang IBU pulang ke rumah. Sore itu, anaknya dihasut oleh wanita tuna-susila itu, aku tidak pernah dipermalukan seperti itu. Kalau bukan karena kamu sayang padaku, aku akan usir keluar wanita itu. Tetapi karena dia adalah ibumu, aku masih tetap hormati dia, walaupun dia mencaci-maki saya."
Si anak yang sudah menjadi buta dalam apa yang dianggap "cinta", marah besar, "Ibuku itu memang tidak tahu diri--dasar wanita kolot, tolol. Sayang, maafkan aku." Pulang - pulang, ia memarahi ibunya.
Kebaikan sang IBU dan semua pengorbanannya terlupakan.
Si anak yang tadinya begitu patuh, begitu akrab dengan ibunya, semakin hari semakin jauh.
Bahkan jarang pulang ke rumah. Walau pun demikian wanita tuna susila yang dikasihinya itu masih saja belum puas.
Pada suatu hari, kekasihnya dalam keadaan mabuk dan dia menghasutnya, "Sayang kau
Dia itu benar - benar melukai hati saya."
Karena sudah kalap--ditambah pengaruh minuman keras--anak itu kehilangan kesadarannya. "tunggu di sini jangan kemana- mana. Hari ini aku sudah kehilangan kesabaran. sebentar aku segera datang lagi...
Dalam keadaan tidak sadar, tidak waras itu ia pulang. Tanpa mengetuk pintu, ia memasuki rumahnya lewat jendela
seperti maling. Ia menemukan IBUnya dalam keadaan tidur. Dalam keadaan kalap, ia langsung menikam perut IBUnya dengan pisau dapur.
Kesakitan, sang IBU berteriak minta tolong, tetapi begitu melihat anaknya, ia langsung diam.
Matanya berkaca - kaca, "Nak...apa yang kau lakukan?, semoga Tuhan memaafkanmu..."
Sementara tetangga yang terjaga karena teriakan sang IBU, mendobrak pintu dan memasuki rumah itu. mendengar pintu depan didobrak dalam keadaan sekarat pun, sang IBU memaksa dirinya berbicara, "Nak --larilah..pergilah..dari..sini..."
Si anak baru menyadari kesalahannya. ia telah menyakiti IBU, bahkan berusaha membunuhnya, tetapi cinta sejati sang IBU masih juga berupaya melidungi dirinya. Ia menangis terisak-isak. Namun terlambat wanita
Memang kata penyesalan selalu datang terlambat, maka selagi kita belum “terucap” kata terlambat mendingan berpikir dua kali sebelum memulai segala sesuatu dan jangan lupa untuk berdoa …